Kelompok Ekstrim Santoso di Sulteng Coba Bangkit
DENYUT pergerakan kelompok ekstrim yang dihimpun Santoso alias Abu Wardah di Sulawesi Tengah (Sulteng) ternyata belum punah. Entah sengaja dibiarkan atau tidak, yang jelas nama pemimpin baru kelompok Muhajidin Indonesia Timur (MIT) itu telah mencuat ke permukaan media awal 2019 ini.
Nama Ali Kalora kini disebut-sebut sebagai sosok yang mencoba membangkitkan pergerakan kelompok MIT. Begitu, penyerangan kelompok bersenjata terjadi, akhir Desember 2018 lalu, sewaktu petugas hendak mengevakuasi jasad korban mutilasi, RB alias Ronal (36), warga Taliabo.
Menurut penuturan Wakapolda Sulteng, Kombes Pol Setyo Boedi Moempoeni Harso, sebagaimana dilansir dari bbc.com, petugas telah mendapat serangan dari kelompok bersenjata di wilayah Desa Salubanga, ketika hendak mengevakuasi jasad korban.
Namun, Harso enggan berspekulasi lebih kalau kasus mutilasi ini ada kaitannya dengan kelompok MIT. “Apakah ada sangkut pautnya dengan kelompok teroris Ali Kalora atau tidak, masih pendalaman,” terang Wakapolda Sulteng.
Penguatan terkait adanya pergerakan kelompok MIT rintisan Santoso itu, telah dibenarkan Mabes Polri melalui Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo, Senin (25/02).
Kepada awak media kompas.com, Prasetyo menerangkan kelompok MIT di bawah kepemimpinan Ali Kalora kini dalam status perburuan. Hal tersebut, memberi signal kalau Polri mengakui kelompok tersebut belum punah, pasca Santoso tertembak mati.
Menariknya, bukannya mengambil langkah penyerbuan tuntas, Polri malah membangun langkah diplomatis, dan berharap kelompok Ali Kalora segera menyerahkan diri.
“Kita juga selalu mengimbau pihak keluarga apabila ada komunikasi dengan para kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin oleh Ali Kalora ini untuk segera menyerahkan diri,” tutur jendral bintang satu itu.
Sementara itu, amatan Mangunipost.com, menilai hingga kini pergerakan TNI-Polri dalam upaya menumpas kelompok MIT hanya setengah-setengah. Di media tak pernah diinformasikan adanya bentuk penyerbuan secara tuntas.
Hal ini memberi kesan kalau kelompok ekstrim tersebut sengaja dibiarkan tetap eksis untuk kepentingan tertentu.
Bahkan informasi terbaru dari tirto.id menyebutkan, tim Tinombala telah menemukan tempat persembunyian terakhir Ali Kalora cs, tapi lucunya kelompok tersebut justru tidak berhasil tertangkap.
Dibalik itu, Polri malah sempat-sempatnya memberikan keterangan kalau kelompok MIT pimpinan Ali Kalora itu jumlahnya tinggal belasan. Sayangnya, informasi yang diberikan kepada awak media terkait jumlah pasukan Ali Kalora, tak disertai dengan data akurat. Sebab, bisa saja selang dua tahun pasca matinya Santoso, Ali Kalora telah melakukan perekrutan anggota secara terselubung.
Adapun sudut pandang yang mengatakan kalau Ali Kalora tak sekuat Santoso, menurut Mangunipost.com tak bisa diterima begitu saja. Sebab, posisi bertahan yang dimilikinya dari perburuan operasi Tinombala, kini melebih Santoso. (*)
Sumber : BBCNewsIndonesia.com, Kompas.com, Tirto.Id
Penulis/Editor : Jack Wullur