Manado, MP
Ajang untuk mempererat kerukunan nasional sedang disiapkan untuk digelar. Kegiatan dalam wujud kongres kebudayaan Indonesia itu bakal dihadiri kontingen Sulawesi Utara (Sulut).
Sekretaris Komisi IV DPRD Sulut, Fanny Legoh, membeberkan bahwa diperkirakan 200 orang hendak berangkat ke di Jakarta pada bulan Desember 2018 mendatang.
“Dalam 20 tahun ini reformasi kita hampir gagal. Makanya ada program revolusi mental untuk menegaskan kebudayaan Indonesia yang sebenarnya. Kongres budaya sebagai alat mengukur kebudayaan kita maju atau tidak. ,” kata Legoh, Selasa (30/10) 2018.
Legoh, selaku penggerak kegiatan ini, mengatakan sebenarnya kongres itu sudah lama, hanya saja sempat terhenti. Tujuan kegiatan ini sangat membantu menyatukan anak bangsa dan melakukan silahturahmi antara kebudayaan daerah demi memberikan pelajaran di bidang kebudayaan.
“Kita bukan bangsa yang besar tanpa kebudayaan yang bernilai luhur. Di Minahasa ada sitou timou tumou tou. Dan langkah hidup maleos-leosan, masawang sawangan, matombol-tombolan, maupus-upusan, malinga-lingaan,” pungkasnya di ruang kerjanya.
Lebih lanjut dikatakan, ungkapan Bhineka Tunggal Ika merupakan bagian atau istilah lain dari kebudayaan.
“Tanggal 7 Desember Sulut ambil bagian untuk menunjukkan eksistensi kita dalam bentuk pawai Cakalele. Tidak sekedar pawai tapi menumbuhkan revolusi mental,” ujarnya.
Mendung itu, Kepala Dinas Kebudyaan Provinsi Sulut, Ferry Sangian mengatakan, kegiatan kongres ini penting dilakukan pemerhati budaya maupun seniman yang dikoordinir kementerian.
“Kongres itu ada pokok-pokok pikiran tentang kebudayaan yang akan disampaikan mengacu UU inomor 5,” tutur Sangian.
Ditambahkan Sangian bahwa ada sekitar 500 kabupaten/kota yang akan meyampaikan pokok pikiran, diantaranya menyangkut permainan tradisional, seni tradisi, upacara adat.
“itu masukan dari budayawan kabupaten kota. Iven ini juga dalam rangka bagaimana meramu tentang budaya dan merekekatkan anak bangsa. Yang tidak punya budaya bukan manusia,” ungkapnya. (Iswan Sual)