Manado, MP
Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada Senin (28/10), diwarnai dengan berbagai macam ucapan dan cara. Akan tetapi makna dari hari besar ini seolah-olah jarang dimaknai, bahkan dipraktekkan oleh generasi milenial.
Fakta didapati, ada kemerosotan moral sebagian penerus bangsa yang berada di Bumi Nyiur Melambai. Menyikapi hal tersebut, legislator Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Utara (Sulut) angkat suara.
“Sekarang ini pemuda-pemudi banyak sudah merosot moralnya. Bagaimana pemerintah juga harus mendekatkan diri dengan mereka karena mereka adalah penerus bangsa. Kasus yang terjadi kemarin kan (pembunuhan guru oleh siswa, red) kejadianya di sekolah. Ini jangan juga dilihat mengenai moral tetapi bagaimana menjadi bagus ini generasi penerus bangsa kalau dari pendidikannya tidak baik,” ungkap Wakil Ketua Komisi 3 DPRD Sulut, Stella Runtuwene, Senin (28/10) di ruang kerjanya.
“Pendidikan itu dimulai dari rumah, sekolah dan masyarakat. Jadi dalam arti di sini keluarga, masyarakat dan pemerintah mengambil andil dalam pembentukan moral. Contoh kejadian kemarin yang saya lihat di video itu muridnya di sekolah merokok. Nah, sekarang juga kita lihat di sekolah yang laki-laki memakai anting di telinga dan lidah, kuku juga panjang. Jaman saya dulu di sekolah kalau kuku panjang, murid itu tidak diperkenankan untuk masuk ke kelas. Tetapi di jaman sekarang, sudah kuku panjang, rambut bercat warna-warni, merokok di depan ruang guru. Nah, dimana itu pendidik-pendidik ini, kenapa mereka dibiarkan,” ujar politisi Partai Nasdem ini.
Menurutnya, sekolah harus membuat peraturan dan perjanjian awal untuk mendisiplinkan para muridnya. “Andai kata, mereka membuat peraturan kalau siswa ingin masuk ke sekolah ini, mau dididik dan mengikuti peraturan, silahkan sekolah di sini. Tetapi kalau melanggar peraturan, silakan keluar. Jadi harus lebih tegas. Menjadi pertanyaan, mengapa sekolah tersebut mau menerima murid-murid seperti itu. Jadi sudah bobroklah. Bagaimana kita katakan ini hari sumpah pemuda, melihat kejadian yang baru terjadi,” terang srikandi Minsel ini.
“Marilah kita bersama-sama saling bahu-membahu untuk menciptakan tunas bangsa menjadi lebih baik. Sinergitas antara tiap lini perlu ditingkatkan. Harapan khusus generasi muda, supaya lebih baik lagi untuk ke depannya dibanding dengan generasi pendahulu. Dan diharapkan untuk mengapai pendidikan yang lebih tinggi lagi demi kemajuan bangsa,” kuncinya. (Eka Egeten)