Legoh: Tidak Ada Sejarah Prostitusi di Manado

924
Fanny Legoh (mangunipost.com/Iswan Sual)

Manado, MP

Adanya pemberitaan 60% Pekerja Seks Komersil (PSK) di Papua berasal dari Sulawesi Utara  (Sulut) memantik respons anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulut.

Fanny Legoh mengatakan, tidak ada dalam sejarah ada prostitusi di Manado. Kalau hari ini faktanya begitu berarti perlu memaksimalkan peran pemerintah, pemimpin agama, tokoh adat dan budaya.

“Tidak ada dalam sejarah ada prostitusi (pelacuran, red) di Manado. Buktinya hingga hari ini tak ada lokalisasi di Sulawesi Utara. Tapi, kalau data itu benar berarti ada yang salah. Pemerintah, pemimpin agama harus secara maksimal berperan,” kata Legoh pada Kamis (16/8) 2018.

Lebih lanjut dikatakan, perempuan Minahasa secara historis adalah pelopor dalam banyak bidang.

“Yang jadi dokter pertama Indonesia itu orang Manado. Yang membacakan teks Sumpah Pemuda itu orang Manado. Rektor USU (Universitas Sumatra Utara,  red) itu perempuan dari Manado.  Apa itu hasil prostitusi? Barangkali ada upaya memberi stigma negatif pada kita, ” tuturnya.

Legoh mengingatkan pula agar dinas-dinas terkait memberikan himbauan secara terus menerus. Dan membuat Peraturan Daerah (Perda) terkait traffiking.

“Dari hasil penelusuran, rata-rata yang jadi PSK karena tidak tamat SD. Jadi, itu karna pendidikan. Ada juga yang ditipu dengan iming-iming gaji besar. Perda traffiking juga harus ada. Kita sudah mengusulkan agar membuat posko. Satu posko terbuka dan satu posko tertutup. Ini untuk mencegah traffiking,” tutupnya. (Iswan Sual)