MAM Mau Beri Olly Gelar Adat, Masyarakat Menolak

1387
Rapat persiapan pengukuhan gelar adat kepada Olly Dondokambey (Iswan Sual)

Manado, MP

Majelis Adat Minahasa (MAM) tengah menyiapkan pengukuhan Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey  (OD) sebagai Tonaas Um Banua.

Hal ini terungkap dalam rapat yang  selenggarakan oleh MAM pada Rabu (12/9) 2018 di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Utara (DPRD Sulut).

Drs. Lona Lengkong, salah satu pimpinan dalam MAM mengatakan, Olly Dondokambey akan dikukuhkan sebagai Tonaas Um Banua dengan tatacara Tonsea.

Bahkan, Sompie Singal selaku mantan Bupati Minahasa Utara, akan ditunjuk mewakili masyarakat Tonsea untuk menyampaikan gelar adat tersebut.

“Sesuai kesepakatan, pengukuhan oleh orang Tonsea, Sompie Singal mewakili masyarakat Tonsea akan memberikan gelar adat kepada bapak Olly Dondokambey,” kata Lengkong di hadapan wakil suku-suku lain yang hadir.

Rencana pengukuhan adat itu sontak ramai di media sosial (Medsos). Ketika diminta tanggapan soal pantas tidaknya Olly, sejumlah anggota grup Medsos Facebook mengatakan ia layak dan pantas.

“LAYAK bagi saya. Tapi Dewan adat atau lembaga adat atau yg memberi gelar tentunya yg akan menilai bagi mereka yg layak menyandang gelar tersebut.” tutur pemilik akun Aldy Purukan.

Di lain pihak, ada sejumlah pemerhati dan pelaku budaya yang justru menolak pemberian gelar yang bersifat sakral itu kepada Olly  dengan beragam alasan.

“Jasa apa yang dia perbuat utk sulut tidak layak disanjung malah merusak waruga kuburan batu objek wisatawan macanegara seluruh dunia,” ketik pemilik akun Max Long Dong di dinding grup Suara Rakyat Minahasa.

Olly bahkan dianggap sebagai penyebab atau terkesan membiarkan rusaknya situs budaya yang sangat bernilai tinggi bagi warga Minahasa. MAM dianggap pula tak berkompeten alias asal-asalan.

“Tonaas ? Hahah… apa kabar Waruga yang sangat Sakral dan dihormati turun temurun ? 😆 peduli saja tdk sepertinya 😁,” ungkap Mario Tindangen yang turut pula ditopang pemilik akun Arthur Rarun.

“mam hanya semena2 dalam memberikan gelar kepada seseorang tanpa melihat dari segi2 tertentu, ut yg satu ini kita rasa belumlah pantas menerima gelar tersebut….sbg Tonaas Umbanua masih banyak yg harus beliau emban agar supaya gelar itu bisa di perolehnya…jd jawabannya yaitu BELUM PANTAS,” sembur pemilik akun Josep Manurip.

Di tempat terpisah, Rinto Taroreh sebagai pelaku budaya Minahasa mengatakan bahwa Tonaas Um Banua sama saja dengan Tonaas Wangko.

Menurut Taroreh, orang yang pantas diberikan gelar itu adalah orang memiliki kepedulian terhadap tanah dan semua hal berharga di atasnya.

“Personal yang jadi pelindung tanah, kehidupan disitu betul-betul. Artinya orang ada kemampuan kong dia curahkan, bahkan melebihi depe batas kemampuan,  mo jaga mo lindungi tu negri. Orang-orang bagitu tu layak mo kase akang gelar Tonaas Um Banua,” urai Taroreh via telpon genggam.

“Melindungi negri itu termasuk dapat melindungi penanda-penanda tradisi sebagai sumber pengetahuan tentang masa lalu. Misalnya situs-situs budaya,” tambah ayah dari Rafael dan Saka ini.

“Jadi Tonaas Um Banua ibarat kepala rumah tangga. Sebagai kepala rumah tangga dia musti lindungi samua tu di dalam rumah. Bukang kase biar ato mala tre iko terlibat barusak,” tutupnya.

Terkait hal itu, sejarawan Bodewyn Talumewo juga ikut memberi komentarnya. Talumewo menilai Olly kurang memberi perhatian pada pelestarian budaya Minahasa.

“Pak Olly Dondokambey belum layak. Dia lebih mengutamakan kepentingan proyek daripada pelestarian budaya Minahasa. Kalau bidang lain mungkin boleh diberi gelar. Kalu terkait budaya, blum layak,” pungkas pria yang biasa disapa Bode ini.(Iswan Sual)