TOMOHON, ManguniPost.com – Fenomena kekerasan seksual yang meradang di Nyiur Melambai, kini ikut menjadi perhatian Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (PUKKAT).
Hal tersebut dibahas baru-baru ini melalui forum diskusi PUKKAT, dengan topik “Seksualitas dari Perspektif Budaya Minahasa”.
Menurut Direktur PUKKAT, Denni Pinontoan sejumlah isu yang terjadi di Sulut, memang kerap menjadi pembahasan tersendiri bagi PUKKAT.
Apalagi itu menyangkut isu Multikulturalisme, Feminisme serta Jurnalisme. “Diskusi atau kajian-kajian tentang seksualitas dari beragam perspektif sangat penting untuk memahami seluk beluk hal itu secara komprehensi. Kali ini, kami (PUKKAT,red) mendiskusikan mengenai seksualitas dari perspektif budaya Minahasa,” terang Pinontoan.
Lebih lanjut, Teolog Lintas Agama ini menuturkan latar pemikiran dicetuskan diskusi tentang “Seksualitas dari Perspektif Budaya Minahasa”, dipicu dari fenomena kekerasan seksual relasi perempuan dan laki-laki, seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), diskriminasi kepada kelompok Lesbian Gay Biseksual Transgender (LGBT) yang masih marak di Sulut.
“Dengan mendiskusikan seksualitas dari perspektif budaya Minahasa, maka maksud PUKKAT untuk mendapat nilai-nilai normatif dari budaya untuk menjadi bahan edukasi bagi publik bisa tercapai,” papar Pinontoan.
Selain itu, dirinya berharap diskusi-diskusi ilmiah yang digelar PUKKAT dapat menjadi virus sehingga kegiatan ini juga tertular oleh semua pihak, agar kasus-kasus kekerasan serta diskriminasi seksual di Sulut dapat berkurang.
“Berikut kajian-kajian ilmiah seperti ini mesti terus digalakkan agar diskursus publik tentang seksualitas memiliki dasar kajian ilmiah, tidak dari prasangka atau dari wacana-wacana yang bias,” tandasnya. (*)
Kontributor : Kharisma Kurama
Editor : Jack Wullur